Tentang masa SMA, Cinta Pertama, dan Kenangan-kenangannya

Ini gue lagi Ejjak or eja or whatever, ini tulisan kedua gue disini di media yang akhirnya gue pilih sebagai tempat misuh-misuh, dan sekarang ini tentang masa SMA. Masa SMA adalah masa yang paling indah, kata mereka. Buat gue, SMA bukan masa yang paling indah sih, at least seru, tapi ya udah itu aja. Ngga ada pengalaman atau sesuatu yang spesial yang bisa gue dapet dari masa SMA gue, semua cenderung flat, berlalu begitu saja dan kemudian terlupakan.

SMA gue berada di salah satu wilayah yang paling ngga mungkin sampe terjadi tawuran, kenapa? gue jawab dengan satu pertanyaan, siapa yang kira-kira berani coba-coba rusuh di dalam komplek kopasus, dua jempol kalo kalian berani, knalpot motor berisik aja di suruh hitung pagar yang kalo salah disuruh itung ulang, dan sampe cerita ini ditulis jumlah pagar itu masih menjadi misteri jumlah pastinya, dan selidik punya selidik berapapun angka yang kalian sebut jawabannya akan tetep salah, yah begitulah keisengan anggota kopasus buat berandalan.

Masa SMA gue lalui dengan biasa saja mulai dari kelas 1 (satu), oh iya by the way istilah kelas X (sepuluh) itu baru pertama kali diperkenalkan dan digunakan di angkatan gue, angkatan dengan segala ketidakpastian kurikulum, tapi kita ngga pernah stress tuh sama ujian akhir, ngga kayak anak sekarang, ah dasar  anak - anak mental tempe. Bagi gue, SMA kelas X sama dengan SMP kelas 4 cuma dengan tambahan-tambahan mata pelajaran yang koq bikin pusing ya, pertama kali kenal Fisika, Kimia, Biologi yang tentu saja langsung menabuh genderang perang ke gue, dan gue tentu langsung jatuh benci pada pandangan pertama pada Fisika (dan dia terus ngikutin gue sampe masa kuliah, iya jurusan gue belajar fisika 5 semester). 

Well, tahun pertama bisa gue lalui dengan selamat dan gue naik kelas ke jurusan IPA, di tahun kedua gue SMA, tahun dimana gue pertama kali kenal dengan ehemm.. cinta pertama gue dan tentunya bukan yang terakhir karena toh akhirnya kita ngga sama-sama. kita masih terlalu naif waktu itu, menganggap semua akan baik-baik saja menyandang status mulai dari kenalan, teman, "kakak adek", "kita jalani aja dulu", pacaran (yang mana ngga sampe setahun), hingga akhirnya mantan, perubahan status hubungan emang bisa sebangsat itu ya.

Sebut saja wanita ini Gita. Nama Gita, gue ambil dari film yang dibintangi Rano Karno dan berjudul "Gita Cinta dari SMA", cerita yang mungkin lebih akrab dengan Galih dan Ratna, udah ah jangan pada nyanyi. Gue kenal dia secara kebetulan, tanpa persiapan, dan percakapan mengalir begitu saja. Pernah liat adegan mas-mas dan mba-mba berebut ambil buku yang jatuh di toko buku? nah, adegan ala FTV ini yang kebetulan terjadi, trus gue agresif gitu nanya nama dia? ngga syob, gue terpaku, ga bisa ngomong sepersekian detik dan berakhir dengan "eh sorry". dan kami kembali pada kesibukan masing-masing. Iya, begitu doang kontak pertama kami, culun ya.

Sebulan kemudian, gue kembali ke toko buku yang sama pada jam yang sama, jam pulang sekolah tepatnya. Ternyata hobi baca buku gue mengantarkan gue untuk ketemu Gita kedua kalinya dan tetap pada section buku yang sama, karena ternyata selera bacaan kita sama. terus apa lantas ini jadi keuntungan buat gue? di tahun-tahun kedepannya memang iya, tapi di pertemuan kedua tetep ngga dong, karena gue masih terlalu pengecut untuk sekedar ngajak kenalan. Coba bayangin, seorang remaja random tiba-tiba ngajak kenalan, keren ngga nakutin iya.

Kesempatan untuk kenalan sama Gita datang di pertemuan ketiga, kesempatan yang hadir karena buku yang dia cari abis, tapi gue punya (ngga sia-sia bongkar tabungan buat beli itu buku, iya gue ngga seberuntung itu untuk bisa beli buku kapanpun gue mau). Gue buka obrolan dengan "eh tadi kayaknya lo lagi nyari buku ini ya". sebuah pertanyaan basa-basi yang berujung obrolan panjang sambil makan ice cream cone di McD. Nah, kenangan dengan Gita ini akan gue bahas kapan-kapan.

Kembali ke masa SMA gue, tahun ketiga di SMA adalah masa yang jujur saja cukup berat untuk dilalui, kelelahan fisik dan mental sudah menjadi makanan sehari-hari buat kami. PM (pendalaman materi) yang diberikan untuk anak kelas XII, belum lagi serangkaian bimbel yang harus diikuti (gue ngga ikut bimbel, sekalinya ikut malah cabut-cabutan). Nilai Fisika dan Matematika gue di semester 2 kelas XII, bisa dibilang parah, bahkan untuk nembus kompetensi yang cuma 65 aja waktu itu gue ngga sanggup, ngga tau, gue kehilangan fokus dan semangat di semester itu, bahkan untuk kasus siswa dengan nilai seperti gue sampai diadakan PM khusus di hari sabtu dan pemanggilan orangtua murid.

Setelah semua drama ujian akhir dan ujian praktek, akhirnya gue berhasil menutup buku SMA gue dengan nilai rata-rata 85, inget standar kompetensinya 65 jadi gue masih 20 point diatas standar kompetensi yang artinya boleh dong sombong dikit. Maka berakhir juga edisi misuh-misuh gue kali ini, takutnya kalo kepanjangan nanti males bacanya, ya kalau gue aja males bacanya, apalagi kalian kan. So, see you when i see you.

 






Comments

  1. aku nungguiiiinnn episode lanjutannya! penasaran sama kisahnya Gita!!!!

    ReplyDelete

Post a Comment